Kamis, 03 Januari 2013

karakter dan kepribadian, samakah?



Kepribadian

Tujuan pendidikan sebagai proses informal ialah membentuk manusia dewasa yang berkepribadian. Saya tekankan sifat informal dari proses mendidik orang muda yang berlangsung lewat hubungan tak terencanakan, akan tetapi autentik, antara yang telah dewasa, telah berkepribadian, dengan yang sedang dibentuk. Jadi, tidak direncanakan. Karena kalau direncanakan, lingkungan dan suasana pendidikan kehilangan unsus spontanitas dan unsur keaslian yang tak terduga. Dan kalau kedua unsur ini tidak ada lagi, manusia hasil pendidikan bukan seorang manusia yang autentik, melainkan hasil rekaan para pembimbing. Dan manusia hasil rekaan, manusia rineka, biasanya insan ambigu, maka bingung karena merasa terpaksa menyatakan profil buatan orang lain, padahal profil itu bukan profil autentik. Rasa rendah diri makin berkembang. 

          Dalam hubungan informal sehari-hari antara pembentuk (formator) dan yang dibentuk, sarana pembentukan tetap asli dan oleh karena itu pembentukan berlangsung lewat anutan, bukan paksaan.jadi, proses pembentukan watak dan kepribadian yang autentik.

          Yang paling mendasar ialah pembentukan watak, karena orang yang tidak berkarakter tidak pernah dapat menjadi seorang pribadi dewasa. Ada yang bertanya, apakah karakter dan kepribadian (personality) tidak sama. Ternyata ada perbedaan mendasar.

          Sifat-sifat karakter ialah integritas, kerendahan hati, kesetiaan, menahan diri, bertenggang rasa, keberanian, keadilan, kesabaran, kerajinan, kesederhanaan, keugaharian (kesahajaan). Bagi seorang yang berkarakter berlaku: perlakukanlah orang lain seperti engkau ingin diperlakukan oleh orang lain.

          Ternyata hanya mereka yang berhasil menyaturagakan sifat-sifat ini, yang juga boleh disebut dasar-dasar hidup manusia, sungguh akan dapat berhasil dan akan berbahagia dalam hidupnya. Menurut saya, seorang yang berkarakter ini adalah seorang yang berkepribadian. Akan tetapi, kalau kita menyimak bahasa yang dipakai dalam beraneka ragam pelatihan kepemimpinan timbul sejumlah pertanyaan, memang seorang pemimpin harus berkepribadian, namun pertama-tama harus berkarakter.

          Salah satu asas dasar pembentukan kepribadian adalah bahwa sukses merupakan sebuah hasil dari kepribadian, dari citra umum, dari sikap, dari keterampilan. Karena ini semua “melumasi” proses-proses interaksi manusiawi. Kalau ini memang demikian, maka ada bahaya bahwa pembentukan ini cukup manipulatif karena mendorong mereka yang ikut pelatihan kepemimpinan, jadi mereka yang dibentuk, mempergunakan cara-cara untuk membujuk orang menyenanginya, atau berpura-pura menaruh minat kepada hobi-hobi mereka untuk mengetahui apa yang dikehendaki oleh mereka.

J.I.G. DROST, S.J  dalam bukunya “sekolah: mangajar atau mendidik?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar