Kepribadian
Tujuan pendidikan sebagai proses
informal ialah membentuk manusia dewasa yang berkepribadian. Saya tekankan
sifat informal dari proses mendidik orang muda yang berlangsung lewat hubungan
tak terencanakan, akan tetapi autentik, antara yang telah dewasa, telah
berkepribadian, dengan yang sedang dibentuk. Jadi, tidak direncanakan. Karena kalau
direncanakan, lingkungan dan suasana pendidikan kehilangan unsus spontanitas
dan unsur keaslian yang tak terduga. Dan kalau kedua unsur ini tidak ada lagi,
manusia hasil pendidikan bukan seorang manusia yang autentik, melainkan hasil
rekaan para pembimbing. Dan manusia hasil rekaan, manusia rineka, biasanya
insan ambigu, maka bingung karena merasa terpaksa menyatakan profil buatan orang
lain, padahal profil itu bukan profil autentik. Rasa rendah diri makin
berkembang.
Dalam
hubungan informal sehari-hari antara pembentuk (formator) dan yang dibentuk, sarana pembentukan tetap asli dan oleh
karena itu pembentukan berlangsung lewat anutan, bukan paksaan.jadi, proses
pembentukan watak dan kepribadian yang autentik.
Yang paling mendasar ialah pembentukan
watak, karena orang yang tidak berkarakter tidak pernah dapat menjadi seorang
pribadi dewasa. Ada yang bertanya, apakah karakter dan kepribadian (personality) tidak sama. Ternyata ada
perbedaan mendasar.
Sifat-sifat
karakter ialah integritas, kerendahan hati, kesetiaan, menahan diri,
bertenggang rasa, keberanian, keadilan, kesabaran, kerajinan, kesederhanaan, keugaharian (kesahajaan).
Bagi seorang yang berkarakter berlaku: perlakukanlah
orang lain seperti engkau ingin diperlakukan oleh orang lain.
Ternyata
hanya mereka yang berhasil menyaturagakan sifat-sifat ini, yang juga boleh
disebut dasar-dasar hidup manusia, sungguh akan dapat berhasil dan akan
berbahagia dalam hidupnya. Menurut saya, seorang yang berkarakter ini adalah
seorang yang berkepribadian. Akan tetapi, kalau kita menyimak bahasa yang
dipakai dalam beraneka ragam pelatihan kepemimpinan timbul sejumlah pertanyaan,
memang seorang pemimpin harus berkepribadian, namun pertama-tama
harus berkarakter.
Salah
satu asas dasar pembentukan kepribadian
adalah bahwa sukses merupakan sebuah hasil dari kepribadian, dari citra umum,
dari sikap, dari keterampilan. Karena ini semua “melumasi”
proses-proses interaksi manusiawi. Kalau ini memang demikian, maka ada bahaya
bahwa pembentukan ini cukup manipulatif karena mendorong mereka yang ikut
pelatihan kepemimpinan, jadi mereka yang dibentuk, mempergunakan cara-cara
untuk membujuk orang menyenanginya, atau berpura-pura menaruh minat kepada
hobi-hobi mereka untuk mengetahui apa yang dikehendaki oleh mereka.
J.I.G. DROST, S.J dalam bukunya “sekolah: mangajar atau mendidik?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar